TUKANG PARKIR, WARUNG KOPI, DAN FOMOTOTO: SEBUAH KISAH YANG TIDAK MASUK AKAL (TAPI NYATA)

Tukang Parkir, Warung Kopi, dan Fomototo: Sebuah Kisah yang Tidak Masuk Akal (Tapi Nyata)

Tukang Parkir, Warung Kopi, dan Fomototo: Sebuah Kisah yang Tidak Masuk Akal (Tapi Nyata)

Blog Article

Namanya Pak Darto. Umurnya sudah 58 tahun.
Pekerjaannya: tukang parkir di depan warung kopi 24 jam di pinggiran Jakarta.

Pagi ia menyusun motor.
Siang ia melipat kursi plastik.
Malam ia menatap bulan sambil berpikir, “Hidup ini kok gitu-gitu aja, ya?”


Suatu Hari, Ia Menemukan Sesuatu dari HP Bekas

Handphone bekas pemberian anaknya mendadak bunyi notifikasi.
Bukan dari WhatsApp, bukan juga dari Facebook.
Hanya satu pesan dari nomor tak dikenal:

“Coba buka ini, Dar. Menenangkan. —K”

Di bawahnya ada tautan: fomototo.

Pak Darto, dengan mata minus dan sinyal lemot, akhirnya meng-kliknya.


Dunia yang Tidak Pernah Ia Lihat Sebelumnya

Begitu laman terbuka, ia melihat warna.
Pola.
Dan ruang kosong.

Bukan iklan. Bukan promosi utang.
Bukan notifikasi drama keluarga di grup WA.

Hanya… diam.
Dan itu rasanya aneh. Tapi enak.


Esok Harinya, Warung Kopi Jadi Berubah

Setelah Pak Darto main Fomototo selama tiga hari berturut-turut, terjadi hal-hal aneh:

  • Pengunjung jadi lebih tenang.

  • Tidak ada yang ribut bahas politik.

  • Bahkan tukang gorengan sebelah ikut nyusun pola warna saat jam sepi.

Orang-orang bertanya, “Pak, itu situs apa sih?”
Pak Darto cuma senyum dan bilang:

“Namanya fomototo. Mainin aja. Gak usah ditanya-tanya. Rasain sendiri.”


Dari Tukang Parkir Jadi Filosof Digital

Sekarang, setiap malam, Pak Darto duduk di bawah lampu jalan.
Bukan lagi untuk ngatur motor.
Tapi untuk membuka Fomototo dan menyusun ulang bukan hanya pola…
tapi pikirannya sendiri.

“Dulu saya pikir hidup itu harus dikejar. Sekarang saya tahu, kadang cukup disusun pelan-pelan,” katanya sambil menyeruput kopi sachet.


Penutup

Pak Darto tidak punya gelar.
Tidak punya banyak followers.
Tidak tahu apa itu digital detox.

Tapi ia menemukan fomototo.
Dan dari situ, ia tahu…
bahwa di balik layar kecil,
ada tempat yang tidak menuntut apa-apa.
Cuma minta kamu hadir. Sepenuh hati.

Dan mungkin, itu yang selama ini kita semua cari.

Report this page